ngomong ngomong

Selasa, 03 Maret 2009













Realita Gender

Apakah anda sering mendengar istilah tentang gender? Atau mungkin anda pernah merasakan perlakuan yang membedakan dari lingkungan masyarakat berdasarkan gender anda? Sebenarnya apa sih gender itu? Dan mengapa dewasa ini banyak sekali perdebatan tentang gender?

Gender merupakan pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat diubah sesuai perkembangan zaman. Gender berkaitan dengan penempatan laki-laki dan perempuan dalam ruang lingkup aktivitas. Gender juga berkaitan erat dengan feminity dan masculinity.

Merasa gak sih kalau terkadang posisi kita dalam masyarakat justru dibentuk oleh lingkungan masyarakat itu sendiri? Contohnya nih, ketika seorang wanita yang telah berusia 25 tahun keatas mempunyai status belum menikah, dan tengah asik-asik nya menjadi wanita karir dan hidup mandiri, gak jarang lingkungan sekitarnya bahkan yang terdekat sekalipun (keluarga, dll) menilai aktivitas yang ia lakukan dengan standarisasi gender. Maksudnya standarisasi gender seperti wanita haruslah menjadi ibu rumah tangga, mempunyai ruang lingkup domestik yang berarti aktivitasnya di ruang publik menjadi terbatas, wanita haruslah lembut, lemah, tidak terlalu mandiri, dll. Dengan kata lain wanita tersebut justru dituntut untuk hidup dibawah bayang-bayang stereotip tentang mana yang sepantasnya dan tidak sepantasnya.

Saya pernah melihat pada suatu reality show yang di tayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional yang pada saat itu bintang tamu dari acara tersebut adalah salah satu politikus wanita yang cukup berpengaruh di Indonesia yang sedang menceritakan salah satu pengalamannya pada saat berte mu dengan salah satu warga dari suatu daerah di Indonesia. “Ketika saya bertemu dengan salah satu dari warga dan saya berbincang-bincang dengannya, saya memberikan perumpamaan. Bagaimana jika anda mempunyai 2 anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, yang laki-laki tidak begitu pintar, sedangkan yang perempuan begitu cerdas, dan anda sedang mempunyai masalah keuangan, dana yang anda miliki hanya cukup untuk menyekolahkan 1 anak, anak yang mana yang akan anda sekolahkan? Lalu dengan pasti warga tersebut menjawab bahwa anak laki-laki lah yang akan disekolahkan dengan pertimbangan sebagai masa depan keluarga dan tulang punggung keluarga. Hal tersebut membuktikan ada pandangan yang salah dalam masyarakat kita”. Dari cuplikan tersebut lagi-lagi membahas tentang gender yang menjadi suatu tolak ukur dalam masyarakat yang membuat pembatasan-pembatasan terhadap berbagai hal sosial.

Gender dapat menjadi sesuatu yang membahayakan ketika gender tersebut menimbulkan abuse pada subjek dari gender tersebut. Maksud dari abuse disini, ketika adanya pelarangan atau pembatasan yang ekstrim terjadi dalam suatu lingkungan terhadap gender tertentu. Dapat terjadinya social abuse, emotional dan verbal abuse, atau bahkan sexual abuse yang disebabkan oleh gender, yang menimbulkan perdebatan tentang gender semakin memanas. Perempuan tidak boleh bekerja, perempuan harus selalu berada dibawah kuasa lelaki, perempuan tidak boleh mengungkapkan pendapat, perempuan hanya boleh beraktivitas dalam lingkungan rumah tangga, hingga perempuan dianggap rendah karena banyaknya pelaku porstitusi adalah perempuan.

Sebenarnya gender hanya merupakan pandangan dari masyarakat yang seharusnya dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sudah bukan zamannya lagi jika aktivitas, kedudukan, jabatan, keberadaan seseorang di mata masyarakat ditentukan oleh gender. Sudah saatnya seseorang dilihat dari siapa diri mereka, kemampuan mereka, dan kapasitas mereka.


Realita Gender

Apakah anda sering mendengar istilah tentang gender? Atau mungkin anda pernah merasakan perlakuan yang membedakan dari lingkungan masyarakat berdasarkan gender anda? Sebenarnya apa sih gender itu? Dan mengapa dewasa ini banyak sekali perdebatan tentang gender?

Gender merupakan pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat diubah sesuai perkembangan zaman. Gender berkaitan dengan penempatan laki-laki dan perempuan dalam ruang lingkup aktivitas. Gender juga berkaitan erat dengan feminity dan masculinity.

Merasa gak sih kalau terkadang posisi kita dalam masyarakat justru dibentuk oleh lingkungan masyarakat itu sendiri? Contohnya nih, ketika seorang wanita yang telah berusia 25 tahun keatas mempunyai status belum menikah, dan tengah asik-asik nya menjadi wanita karir dan hidup mandiri, gak jarang lingkungan sekitarnya bahkan yang terdekat sekalipun (keluarga, dll) menilai aktivitas yang ia lakukan dengan standarisasi gender. Maksudnya standarisasi gender seperti wanita haruslah menjadi ibu rumah tangga, mempunyai ruang lingkup domestik yang berarti aktivitasnya di ruang publik menjadi terbatas, wanita haruslah lembut, lemah, tidak terlalu mandiri, dll. Dengan kata lain wanita tersebut justru dituntut untuk hidup dibawah bayang-bayang stereotip tentang mana yang sepantasnya dan tidak sepantasnya.

Saya pernah melihat pada suatu reality show yang di tayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional yang pada saat itu bintang tamu dari acara tersebut adalah salah satu politikus wanita yang cukup berpengaruh di Indonesia yang sedang menceritakan salah satu pengalamannya pada saat berte mu dengan salah satu warga dari suatu daerah di Indonesia. “Ketika saya bertemu dengan salah satu dari warga dan saya berbincang-bincang dengannya, saya memberikan perumpamaan. Bagaimana jika anda mempunyai 2 anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, yang laki-laki tidak begitu pintar, sedangkan yang perempuan begitu cerdas, dan anda sedang mempunyai masalah keuangan, dana yang anda miliki hanya cukup untuk menyekolahkan 1 anak, anak yang mana yang akan anda sekolahkan? Lalu dengan pasti warga tersebut menjawab bahwa anak laki-laki lah yang akan disekolahkan dengan pertimbangan sebagai masa depan keluarga dan tulang punggung keluarga. Hal tersebut membuktikan ada pandangan yang salah dalam masyarakat kita”. Dari cuplikan tersebut lagi-lagi membahas tentang gender yang menjadi suatu tolak ukur dalam masyarakat yang membuat pembatasan-pembatasan terhadap berbagai hal sosial.

Gender dapat menjadi sesuatu yang membahayakan ketika gender tersebut menimbulkan abuse pada subjek dari gender tersebut. Maksud dari abuse disini, ketika adanya pelarangan atau pembatasan yang ekstrim terjadi dalam suatu lingkungan terhadap gender tertentu. Dapat terjadinya social abuse, emotional dan verbal abuse, atau bahkan sexual abuse yang disebabkan oleh gender, yang menimbulkan perdebatan tentang gender semakin memanas. Perempuan tidak boleh bekerja, perempuan harus selalu berada dibawah kuasa lelaki, perempuan tidak boleh mengungkapkan pendapat, perempuan hanya boleh beraktivitas dalam lingkungan rumah tangga, hingga perempuan dianggap rendah karena banyaknya pelaku porstitusi adalah perempuan.

Sebenarnya gender hanya merupakan pandangan dari masyarakat yang seharusnya dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sudah bukan zamannya lagi jika aktivitas, kedudukan, jabatan, keberadaan seseorang di mata masyarakat ditentukan oleh gender. Sudah saatnya seseorang dilihat dari siapa diri mereka, kemampuan mereka, dan kapasitas mereka.